Sebagai upaya berkaca diri untuk kebaikan diri dan sesama :
semua kiriman dari rekan-rekan yang ingin berbagi pengalaman
Renungan Jiwa
1. Kegagalan dan Kesuksesan Adalah Konsekuensi Pikiran
2. Godaan segala Goda
3. Peta anda
4. Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan
Kegagalan dan Kesuksesan Adalah Konsekuensi Pikiran
Banyaknya harta yang kita miliki tidak pernah membuat kita merasa
cukup menjadi "kaya" dalam arti yang sesungguhnya. Mari kita luruskan
pengertian kita mengenai orang "kaya". Orang yang "kaya" bukanlah
orang yang memiliki harta benda banyak, tetapi orang yang dapat
menikmati apa pun yang dimiliki tanpa merasa terikat pada kepemilikan
barang-barang itu!
orang itu sadar sepenuhnya bahwa dia datang ke dunia hanya dibekali
satu nyawa (jiwa). Nah, dia harus merasa memiliki nyawa itu, dan
harus merawat serta bertanggung jawab dalam kehidupannya. Dengan
nyawa itu pulalah, seseorang harus hidup bahagia, di mana pun dia
berada, dan dalam kondisi apa pun.
Kunci kebahagiaan adalah bersyukur! Mensyukuri apa yang kita dapat
itu penting. Termasuk hanya punya satu nyawa untuk bisa hidup di alam
ini. Kebahagiaan itu bisa dibuat dengan tidak meminta apa pun kepada
orang lain, tetapi berikan apa yang bisa diberikan kepada orang lain
agar bahagia.
Betapa sering kita memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan
sehingga membuat kita menjalani hidup dengan segala rasa kurang puas.
Kita tidak pernah memfokuskan diri pada apa yang kita miliki dan
memberdayakan seoptimal mungkin apa yang ada dan apa terjadi pada
kita. Jika kita tetap berfokus pada keinginan, hidup pun terasa
menjadi sengsara karena selalu merasa kurang puas dengan apa yang
sudah dimiliki atau yang terjadi.
Kita dapat mengubah perasaan itu dengan berfokus pada apa yang sudah
kita miliki. Cobalah lihat keadaan di sekeliling, pikirkan yang
dimiliki, dan syukurilah. Karena itu, Anda akan merasakan nikmatnya
hidup ini dengan segala yang terjadi pada diri kita. Siap untuk
menjalani segala peran yang disediakan alam untuk kita. Peran kocak
membuat kita tertawa. Peran sedih membuat kita menangis. Peran
bercinta membuat kita mabuk kepayang. Itulah dunia, tempat berperan
untuk melakoni lokakarya kehidupan. Dan tugas kita harus bisa
berjuang dengan peran yang sedang kita perankan sebaik-baiknya.
Tentunya boleh-boleh saja kita memiliki keinginan, tetapi kita perlu
menyadari bahwa itulah akar perasaan tidak tenteram. Sang Buddha
selalu mengingatkan hal itu dalam surat demikian: "Kesengsaraan yang
sesungguhnya adalah hal yang melekat pada harta duniawi."
Katakanlah kita sudah memiliki rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan
pasangan yang baik. Tetapi, Anda masih merasa kurang. Pikiran Anda
dipenuhi berbagai target dan keinginan. Anda begitu terobsesi oleh
rumah yang besar dan indah, mobil mewah, serta pekerjaan yang
mendatangkan lebih banyak uang. Kita ingin ini dan itu. Bila tidak
mendapatkannya, kita terus memikirkannya. Anehnya, walaupun sudah
mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan sesaat. Kita tetap
tidak puas, dan kita ingin yang lebih lagi dan lagi.
Dengan melihat apa yang menjadi problem kita, hendaknya itu cepat
diselesaikan, jika dibiarkan terlalu lama, berlarut-larut, membuat
kita jadi frustrasi, dan akhirnya depresi. Segera buat keputusan, dan
jangan menjadi orang yang terlalu "ideal". Itu memang penyakit kita,
apa yang ada di pikiran dan menjadi prinsip di batin harus
dijalankan, dan kalau ada penentang atau hambatan kita hajar atau
kabur. Itulah masalah yang kita timbulkan sendiri.
Nah, sekarang kita harus sedikit pakai stategi "lentur sedikit" pakai
ilmu bambu, batang bambu walaupun tinggi, ditiup angin sampai
ujungnya mencapai tanah pun bambu itu, tidak patah, bahkan bisa
melambai naik kembali. Batang bambu mampu mengikuti terpaan angin
badai sekalipun. begitu juga kita, harus mampu mengikuti arus
kehidupan tanpa menghakimi, nikmati saja seperti air mengalir, tidak
lurus kaku, jika ada yg menghambat bisa membelok atau mencari jalan
lain, tetapi tidak berhenti. Karena itu, air yang terhenti akan
mengendap jadi kubangan lama-lama dipenuhi cacing dan jadi dangkal.
Mengalir ibarat air itu penting. Hal tersebut dijabarkan dengan
bekerja sebagaimana porsi dan posisi yang kita dapat dalam hidup ini.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa manusia sesungguhnya makhluk
pemalas. Mereka mengharapkan ada kekuatan suci tertentu yang dapat
menghapus dosa-dosanya, sekaligus membawa mereka ke tempat yang suci
yang nyaman. Apakah itu benar dan masuk akal? Dalam agama apa pun
kita ditegaskan bahwa Tuhan Yang Maha Esa menunjuk para orang
terpilih, orang-orang suci, para nabi untuk menunjukkan jalan yang
benar kepada umat manusia. Tetapi, manusia itu sendirilah yang harus
berusaha. Nabi-nabi hanya memberi jalan dan arah menuju kebenaran,
sedangkan keputusan ada di manusia itu sendiri yang memutuskan untuk
jadi orang baik atau orang jahat.
Orang bijak sadar bahwa keberhasilan atau kegagalan hidupnya adalah
konsekuensi perbuatan dan hasil pikiran-pikiran yang terbentuk.
Manusia harus selalu mengintrospeksi diri, apakah pikiran dan
perbuatan sesuai dengan hukum alam dan kehendak Yang Mahakuasa?
Karena pahala dan dosa tidak bisa diwakilkan, dan harus ditanggung
sendiri.
Apakah bisa kita mungkiri bahwa hidup di dunia adalah medan
perjuangan yang bergelimang penderitaan? Sebagian orang masih
menyangkal karena mereka hidup dalam kondisi serbabaik dan
menyenangkan. Karena itu kita melihat dengan mata hati, dunia ini
sebagai surga atau sebagai neraka penderitaan. Hanya diri sendiri
yang bisa menjawab karena mengalaminya.
Pertanyaan yang menggoda yang muncul sebagai berikut. "Adakah dari
kita yang suatu saat bisa menghindarkan diri dari ketuaan, penyakit,
dan kematian?" Tentu saja jawabannya tidak. Karena itu, jalani hidup
dengan bersyukur dengan menghargai pemberian Tuhan, yaitu nyawa
(jiwa) yang bersemayam di dalam tubuh kita.
From : Lianny Hendranata
Godaan segala Goda
Godaan di Atas Segala Godaan
Seorang penyelundup yang sedang buron pergi menemui seorang bijak dan
memintanya menyembunyikan barang-barang terlarang dalam rumahnya. Ia
yakin berkat kesalehan orang bijak itu, tak seorangpun akan
mencurigainya.
Orang bijak itu menolak dan meminta penyelundup itu segera keluar
dari rumahnya. ''Saya akan memberikan 100 ribu dolar untuk kebaikan
Anda, '' kata si penyelundup. Orang bijak itu agak ragu-ragu sebelum
mengatakan ''Tidak.''
''200 ribu,'' orang bijak itu tetap menolak. ''500 ribu,'' orang
bijak itu mengambil tongkat dan berteriak, ''Keluar sekarang juga!
Kamu sudah sangat dekat dengan harga saya.''
Sebuah kesadaran yang tepat waktu! Orang bijak itu sadar begitu
dirinya tergoda. Kesadaran ini sangat penting. Banyak orang yang tak
sadar bahwa dirinya tergoda. Mereka baru sadar setelah segalanya
terjadi. Kurangnya latihan seringkali menyebabkan kesadaran datang
terlambat.
Semuanya bermuara pada satu kata kunci: uang. Seorang bijak,
Sophocles, pernah mengingatkan kita, ''Tak ada satu halpun di dunia
ini yang paling meruntuhkan moral selain uang.'' Memang benar, uang
adalah alat penggoda terbesar di dunia. Bahkan berbeda dengan jenis
penggoda lainnya seperti wanita dan tahta, tidak ada satupun orang di
dunia yang tidak membutuhkan uang. Kita semua sibuk mencari uang agar
dapat hidup dengan layak. Nah, karena kita memang mencarinya, sangat
wajar kalau kita tergoda ketika ada orang yang menawarkan benda
tersebut kepada kita.
Godaan terbesar uang adalah merubah pandangan hidup kita
dari ''memiliki'' menjadi ''dimiliki.'' Kita memang perlu memiliki
uang untuk menjalani hidup, tapi uang hanya berfungsi sebagai alat.
Kitalah yang menjadi tuannya. Celakanya, posisi ini sering kali
bertukar karena godaan yang ditawarkan uang sangat kuat. Akhirnya
kitalah yang ''dimiliki'' oleh uang. Tanda-tanda penyakit ini adalah
kalau Anda mulai merasa takut kehilangan kedudukan Anda. Ini berarti
Anda telah ''dimiliki'' oleh uang. Ini akan menghilangkan kebebasan
Anda dalam mengungkapkan kebenaran.
Banyak orang yang kaya tetapi tak bahagia dan selalu merasa
kekurangan. Salah satunya, kawan saya yang kaya mendadak dengan cara
memperjual belikan kekuasaannya. Namun alih-alih merasa cukup,
istrinya selalu mengeluhkan harga-harga dan biaya hidup yang mahal.
Semakin banyak harta yang ia miliki semakin ia merasa kekurangan.
Kawan saya ini juga sangat rentan terhadap stres. Hidupnya penuh
dengan ketakutan terhadap perubahan apapun yang mungkin terjadi.
Hidup seperti ini memang jauh dari keberkahan.
Uang memang bukanlah segalanya. Orang-orang bijak bahkan selalu
mengingatkan kita bahwa yang penting dalam hidup adalah segala
sesuatu yang tak dapat dibeli dengan uang: kebahagiaan, cinta,
kesehatan, rasa damai dalam hati, rasa percaya dengan orang lain, dan
kesadaran yang sempurna. (Avan P. - Republika)
PETA ANDA
Bayangkan jika anda berada di laut bebas di atas perahu speed boat yang
sangat cepat dan bertenaga besar. Dua puluh lima kilometer dari anda adalah
pulau impian anda. Di pulau tersebut, apapun yang anda inginkan akan dapat
diperoleh, segala macam yang anda impi-impikan akan terpenuhi. Yang harus
anda lakukan hanyalah agar anda berada di pulau tersebut. Letaknya adalah
tepat di belakang garis cakrawaka. Tapi cakrawala sebelah mana?
Masalahnya adalah bahwa anda tak memiliki kompas, tak ada GPS, tak ada
peta, tak ada radio, atau telepon, tak tahu mana arah yang menuju pulau
itu. Di arah yang lain hanyalah ribuan kilometer air dan tak ada apa-apa,
hanya lautan. Anda melihat ke segala arah dan yang anda lihat hanyalah air
dan langit.
Dalam waktu kurang dari dua jam, anda dapat merapat di pulau impian anda.
Namun jika anda melenceng arahnya, anda akan kehabisan bahan bakar sebelum
mencapai pulau impian tersebut.
Hidup tanpa serangkai tujuan yang jelas, tanpa tahu dan memahami tujuan
hidup anda sendiri, menghadirkan dilema yang sama kepada anda. Impian anda
sebetulnya dapat anda jangkau dengan pasti, namun untuk menjangkaunya anda
harus tahu apa dan dimana impian itu berada. Anda harus mampu menetapkan
jalur lintasan dan menjaaga arah lintasan itu sampai anda mencapainya.
Untuk sampai di tempat yang anda tuju, anda memerlukan sebuah peta.
Usahakanlah membuat peta serinci dan se tepat mungkin, dan langkah
selanjutnya adalah dengan hanya selalu mengikuti jalur lintasan yang telah
anda tetapkan tersebut.
Setya A. Sis
Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan
BERPRILAKU BAIK MELALUI UCAPAN, PERBUATAN, DAN SEGALA BENTUK AL-MA’RUF
Diantara sarana untuk menghilangkan kegundahan, kesedihan dan kegelisahan adalah : Berprilaku baik kepada orang lain melalui ucapan, perbuatan dan segala bentuk al-ma’ruf (kebajikan). Semua itu adalah kebaikan untuk diri dan tindak kebajikan untuk orang lain. Lantaran kebajikan itu dan sesuai dengan kadar kebajikan itu jua, Allah menangkis segala kegundahan dan kesedihan, baik untuk orang yang berprilaku baik atau untuk orang yang jahat. Hanya saja, yang diperoleh orang mu’min lebih sempurna. Ia unggul karena kebaikannya timbul dari keikhlasan dan keberharapan hanya pada pahala Allah. Karena ia mengharapkan yang baik, maka Allah memudahkan baginya berprilaku baik. Dan, karena ikhlas dan hanya mengaharap pahala dari Allah, maka Allah menangkis untuknya segala cobaan berat. Allah berfirman.
“Artinya : Tidak ada kebaikan pada kebanyakan pembicaraan-pembicaraan antara mereka, kecuali pembicaraan orang yang menyuruh (manusia) bersedekah, atau melakukan kebajikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami mengaruniakan kepadanya pahala yang besar” [An-Nisaa : 114]
Allah Subhanahu wa Ta’ala menerangkan, bahwa itu semua adalah suatu kebaikan yang timbul dari pelakunya. Sedangkan suatu kebaikan akan menghasilkan kebaikan dan menangkis keburukan. Dan bahwasanya orang mu’min yang hanya berharap pahala Allah akan dianugrahi olehNya pahala yang agung. Termasuk pahala agung itu adalah hilangnya kegundahan, kesedihan, keruwetan hati dan semacamnya.
[Disalin dari buku Al-Wasailu Al-Mufidah Lil Hayatis Sa’idah, edisi Indonesia Dua Puluh Tiga Kiat Hidup Bahagia hal 11-22, Penerjemah Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma’ruf, Penerbit Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabai Jakarta]
Salam Pramuka
Terima Kasih Atas kunjungan Anda!!!
mudah-mudahan Bermanfaat bagi kita semua.
Apabila Ada Kekurangan dan kesalahan Itu Semata-mata Dari kami Pribadi. dan apabila ada kelebihan, kebaikan dan manfaat itu semata-mata datangnya dari Allah!!! Kita hanya sebagai perantara saja.
mudah-mudahan Bermanfaat bagi kita semua.
Apabila Ada Kekurangan dan kesalahan Itu Semata-mata Dari kami Pribadi. dan apabila ada kelebihan, kebaikan dan manfaat itu semata-mata datangnya dari Allah!!! Kita hanya sebagai perantara saja.
Renungan Jiwa
Sabtu, 18 April 2009
Diposting oleh Muchsin di 00.47 0 komentar
Langganan:
Postingan (Atom)